Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : 7 / Ganjil
Standar
Kompetensi : 8. Memahami sejarah Nabi Muhammad saw.
Kompetensi Dasar : 8.1. Menjelaskan sejarah Nabi Muhammad saw.
Menjelaskan misi Nabi Muhammad saw untuk semua manusia
dan
bangsa.
Indikator :
1.
Menjelaskan keadaan
masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi Muhammad saw
2.
Menjelaskan masa
kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad saw.
3.
Menjelaskan penyiaran
Islam sebelum hijrah
4.
Menjelaskan penyiaran
Islam sesudah hijrah
5.
Menjelaskan misi Nabi
Muhammad saw untuk semua manusia dan bangsa
A. Tujuan Pembelajaran :
Siswa
dapat :
1.
Menjelaskan keadaan
masyarakat Mekah sebelum kenabian Nabi Muhammad saw
2.
Menjelaskan masa
kelahiran sampai kenabian Nabi Muhammad saw.
3.
Menjelaskan penyiaran
Islam sebelum hijrah
4.
Menjelaskan penyiaran
Islam sesudah hijrah
5.
Menjelaskan misi
Nabi Muhammad saw untuk semua manusia dan bangsa
A.
Dakwah Nabi Muhammad untuk Menyempurnakan Akhlak Manusia
Setelah
Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat
menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat
yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi
Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada
akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum
kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa
Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah
kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk
membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat
Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung
dan berhala. Mereka (masyarakat makkah) tidak hanya mengalami kerusakan dalam
hal aqidah, bahkan akhlaknya juga rusak.
Nabi
Muhammad SAW sebagai rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak
masyarakat yang sudah rusak tersebut. Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa
Nabi Muhammad sudah dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang
mempunyai kepribadian baik, berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.
Penampilannya pun sederhana, bersahaja, dan berwibawa. Ketika ia berjalan
badannya agak condong kedepan, melangkah sigap dan pasti. Raut mukanya
menunjukkan pikirannya yang cerdas, tajam, dan jernih. Pandangan matanya
menunjukkan keteduhan dan kewibawaan, membuatorang patuh kepadanya. Ia juga
dikenal sebagai orang yang jujur dalam setiap perkataan maupun perbuatan.
Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah, majikannya menaruh
simpati kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan
mengurus hartanya. Khadijah juga membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir
dan menuangkan hasil pemikirannya. Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah
menjadi sepasang suami istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang
shalih.
Seluruh
penduduk Makkah memandangnya dengan rasa segan dan hormat. Muhammad bergaul
dengan baik terhadap masyarakat sekitar. Bila ada yang mengajaknya bicara ia
mendengarkan dan memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain. Perilakunya
yang demikian sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang menjadi
sombong dan congkak ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa tidak
dihormati. Bila bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu ia
sesekali membuat humor dan bersenda-gurau. Sifatnya yang jujur tersebut juga
sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang suka berbohong, membual, dan
sulit dipercaya. Setiap bertemu orang Muhammad selalu tersenyum. Ia Bijaksana,
murah hati dan mudah bergaul. Tapi ia juga mempunyai tujuan pasti, berkemauan
kuat, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-sifat demikian ini
berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada
orang-orang yang bergaul dengan dia. Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba,
sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang terbiasa bergaul
dengannya akan timbul rasa cinta kepadanya.
Muhammad
menjalin hubungan baik kepada penduduk Makkah. Ia juga berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Sesudah pembangunan ka’bah
tiba saatnya peletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut
timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya
mendapat kehormatan meletakkan batu itu pada tempatnya semula. Demikian
memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara.
Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang
manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka
mengangkat sumpah bersama. Keluarga Abdud Dar membawa sebuah baki berisi darah.
Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat sumpah mereka.
Karena itu lalu diberi nama La’aqatud Dam, yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayyah
bin al-Mughira dari Bani Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka. Ia
dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada
mereka:
"Serahkanlah
putusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa
ini."
Tatkala
mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka
berseru: "Ini al-Amin (orang yang terpercaya) ; kami dapat menerima
keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad.
Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai kain,"
katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu
diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; "Hendaknya
setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka bersama-sama membawa
kain tersebut ke tempat batu untuk diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu
itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan itu
berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy menyelesaikan bangunan Ka’bah
sampai setinggi delapanbelas hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah
sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang orang masuk. Di
dalam Ka’bah itu mereka membuat enam batang tiang dalam dua deretan dan di
sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik sampai ke teras di atas
lalu meletakkan Hubal di dalam Ka’bah. Juga di tempat itu diletakkan
barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi beratap
menjadi sasaran pencurian.
Kejadian
ini berlangsung saat Muhammad berusia 35 tahun, dan keputusannya mengambil batu
dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di
tempatnya dalam Ka’bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata
penduduk Makkah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang
yang berjiwa besar. Pada tahun 611 M, waktu itu Muhammad berusia 40 tahun
beliau menerima wahyu yang pertama. Di puncak Gunung Hira, – sejauh dua farsakh
sebelah utara Makkah – terletak sebuah gua yang sangat kondusif untuk tempat
menyendiri (berkhalwat). Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun Muhammad pergi ke
sana dan berdiam di tempat itu. Ia tekun dalam merenung dan beribadah,
menjauhkan diri dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari
Kebenaran tentang keberadaan Tuhan dan merenungkan keboborokan perilaku
sehari-hari masyarakat Arab saat itu. Demikian kuatnya ia merenung mencari
hakikat kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala
yang ada dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia
sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran. . Ketika itulah ia percaya bahwa
masyarakatnya telah tersesat, jauh dari kebenaran.Keyakinan mereka terhadap
keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk kepada khayal berhala-berhala serta
kepercayaan-kepercayaan semacamnya.
Berhala-berhala
yang tidak berguna, tidak menciptakan dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak
dapat memberi perlindungan kepada siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya
dipuja dan disembah. Hubal, Lata dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan
berhala-berhala yang terpancang di dalam dan di sekitar Ka’bah, tak pernah
menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan mendatangkan suatu kebaikan bagi
Makkah. Kebenaran itu datang dari Allah, Khalik seluruh alam, tak ada tuhan
selain Dia. Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta alam. Dialah Maha Rahman
dan Maha Rahim.
Kebenaran
itu ialah bahwa manusia dinilai berdasarkan perbuatannya. "Barangsiapa
mengerjakan kebaikan seberat atompun akan dilihatNya. Dan barangsiapa
mengerjakan kejahatan seberat atompun akan dilihatNya pula." (Qur’an,
99:7-8) Dan bahwa surga itu benar adanya dan neraka juga benar adanya. Mereka
yang menyembah tuhan selain Allah mereka itulah menghuni neraka, tempat tinggal
dan kediaman yang paling durhaka. Tatkala ia sedang bertahanuth, ketika itulah
datang malaikat membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya:
"Bacalah!" Dengan terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat
membaca". Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan
lagi seraya katanya lagi: "Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan
dicekik lagi Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca."
Seterusnya
malaikat itu berkata: "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan.
Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah.
Yang mengajarkan dengan Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum
diketahuinya …" Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi, setelah
kata-kata itu terpateri dalam kalbunya.
Setelah
menerima wahyu yang pertama itu maka Muhammad menjadi seorang utusan (rasul),
sehingga dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Allah SWT kepada
umat manusia. Setelah menjadi rasul, maka sifat-sifat mulia yang dimilikinya
tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia harus mengajarkan dan memberi teladan
kepada umat manusia untuk berakhlak yang mulia. Nabi Muhammad bersabda :
Artinya
: “Diriwayatkan dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku
diutus untuk menyempurnakan akhlak)” (HR Ahmad).
Artinya
: “Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu
semuanya.
Kepada-Nyalah
naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya”. (QS
Fathir : 10)
Nabi
Muhammad mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta,
keturunan, suku, keindahan tubuh, kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam
masyarakat.
Namun kemuliaan
manusia terletak pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya,
baik berupa sikap, perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran yang sangat mulia
bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat dan dapat bermanfaat bagi
orang lain. Padahal perilaku masyarakat Quraisy saat itu seringkali
menyengsarakan orang lain,, mereka semena-mena terhadap orang-orang miskin
apalagi terhadap budak-budak mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad SAW
untuk membina manusia agar berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah
buruk. Namun semua itu dilakukan beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara
memberi teladan.
B. Nabi
Muhammad Sebagai Rahmat bagi Alam Semesta.
Bagi
orang-orang yang merasakan bahwa kehidupan para pembesar dan bangsawan Makkah
yang sudah sesat dan keterlaluan, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa,
maka kehadiran Nabi Muhammad saw. seperti seteguk air saat mereka merasakan
dahaga yang sudah sangat lama. Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan
derajat manusia. Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan agar penyelesaian masalah
tidak boleh dilakukan dnegan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan
cara-cara yang damai dan beradab.
Nabi
Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi
kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin
dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus
mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu
laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti
kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Semua itu diawali dengan
ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi
Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT
sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak hanya diutus untuk penduduk Makkah
saja, atau bagi bangsa Arab saja, namun nilai-nilai yang dibawanya adalah
nilai-nilai universal yang dapat meningkatkan martabat umat manusia sehingga
berbeda dengan binatang.
Artinya
: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QَS Al Anbiya : 107}
C.
Meneladani Dakwah Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat di Makkah
Pada
mulanya, dakwah Nabi Muhammad di Makkah dimulai dari sanak keluarga dan kerabat
dekat. Itupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di rumah salah seorang
sahabat yang bernama Al Arqom bin Abil Arqom Al Makhzumi. Upaya tersebut membuahkan
hasil yang cukup menggembirakan. Kurang lebih tiga tahun ada 39 orang yang
menyatakan iman dan Islam, semuanya dari kerabat dekat dan sahabat-sahabat yang
lain. Di antara kerabat dekat yang masuk Islam waktu itu antara lain Khadijah,
Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah. Khadijah, istri nabi, orang
yang cukup terpandang dan kaya raya. Abu Bakar, seorang dermawan yang kaya
raya. Ali bin Abi Tholib, seorang pemuda yang cukup cerdas dan dihormati.
Dengan masuk Islamnya orang-orang tersebut membawa pengaruh besar pada dakwah
nabi sampai masa berikutnya. Karena orang-orang tersebut cukup dihormati di
kalangan orang-orang Quraisy.
Di
antara sahabat yang menyusul masuk Islam antara lain Usman bin Affan, Zubair
bin Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Fatimah binti Khatab serta
suaminya (Said bin Zaid), Arqam bin Abil Arqam, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka
termasuk “Assabiqunal Awwalun”, yakni orang-orang yang pertama kali masuk
Islam. Dakwah secara terang-terangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. mendapat
reaksi cukup keras dari para pemuka dan tokoh Quraisy, antara lain Abu Lahab
(Abdul Uzza), Abu Jahal, Umar ibnu Khatab (sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi
Muatih, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin Abil Ash, Abu Sufyan bin Harb (sebelum
masuk Islam), Ummu Jamil (istri Abu Lahab). Reaksi keras yang dilakukan oleh
para tokoh Quraisy tersebut antara lain berupa ejekan, hinaan, hasutan,
ancaman, dan penganiayaan secara fisik. Hal yang sama juga dilakukan kepada
orang-orang Quraisy sendiri, agar tidak mengikuti seruan Nabi Muhammad. Namun,
Rasulullah tetap tabah dan sabar, dakwah pun tetap dijalankan. Bahkan semakin
terang-terangan dan meluas ke wilayah lain.
Menghadapi
sikap Rasulullah tersebut orang-orang Quraisy bertambah marah, bahkan pernah
merencanakan akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Rencana tersebut
dilakukan menjelang Nabi Muhammad akan hijrah ke Madinah. Atas pertolongan
Allah SWT, waktu itu Nabi selamat dari rencana pembunuhan tersebut. Kemudian
bisa hijrah ke Madinah. Meskipun Nabi Muhammad saw. dengan susah payah dalam
berdakwah karena mendapat tantangan dari Kaum Quraisy, tetapi makin hari makin
didengar orang sehingga makin banyak pengikutnya. Dakwah Nabi Muhammad di Makah
dilakukan kurang lebih selama 13 tahun, dan selebihnya selama 10 tahun Nabi
Muhammad berada di Madinah. Ketika berdakwah di Makkah, tantangan yang dihadapi
oleh Rasulullah dan para sahabat begitu besar. Dari uraian sejarah di atas
dapat diambil pelajaran yang sangat berharga dari cara cara dakwah Rasulullah
yang harus diteladani oleh umat islam, antara lain adalah :
1. Nabi
Muhammad berdakwah dengan keeladanan. Sebelum beliau menyampaikan sesuatu, maka
beliau terlebih dahulu melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah dengan lisan,
dakwah juga dilakukan dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan dalam kehidupan
sehari-hari.
2.
Disampaikan dengan penuh kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang
halus dan lemah lembut serta dengan bahasa yang mudah dipahami.
3.
Rasulullah saw. memposisikan para pengikutnya sebagai sahabat, hal ini
tercermin dalam sebutan para pengikutnya yakni dengan sebutan ‘sahabat’. Cara
seperti ini menimbulkan rasa simpati yang luar biasa, karena di dalam Islam
nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4.
Rasulullah saw. selalu bersama para sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan suka
maupun duka, dengan demikian terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat
Islam yang sangat kuat. Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah memaksakan
kehendak, Rasulullah saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT, dan
memberikan pemahaman secara rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti
atau tidak hal itu menjadi hak pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam
berdakwah Rasulullah saw tidak pernah menggunakan cara-cara kekerasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar